KESEIMBANGAN
KEHIDUPAN DUNIA DAN AKHIRAT
Sebenarnya kehidupan di
dunia ini tidaklah kekal atau abadi. Bahkan bisa di katakan kehidupan di dunia
ini adalah semu. Kehidupan yang sesungguhnya adalah kehidupan kita setelah
mati, yakni akhirat. Namun, kebanyakan manusia yang lalai akan hal tersebut.
Mereka lupa akan tujuan manusia hidup yang sesungguhnya, yakni beribadah kepada
Allah dan juga mempersiapkan diri untuk hidup yang lebih kekal di akhirat.
Agama
islam adalah agama yang sempurna. Islam telah mengatur bagaimana cara kita
hidup di dunia yang baik dan benar. Termasuk juga mengatur pentingnya
keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat.
Sebagai orang islam
kita harus mampu memilih mana yang terbaik untuk diri kita sendiri di dunia
maupun di akhirat. Mengejar urusan dunia merupakan hal yang penting, namun akan
lebih baik jika kita juga memikirkan urusan akhirat. Apabila segala kebutuhan
dunianya terpenuhi, namun dia tidak pernah melakukan sedikitpun amal untuk
akhiratnya, ia akan memperolah kerugian yang sangat besar. Sebaliknya kita juga
tidak boleh setiap waktu hanya beribadah kepada Allah, kita juga harus
memikirkan bagaimana kehidupan kita di dunia ini. Maka keduanya haruslah
berjalan seimbang, yaitu denga cara memenuhi kebutuhan hidup di dunia dengan mengutamakan
kepentingan akhirat.
Hadits-hadits Tentang Keseimbangan
Hidup di Dunia dan Akhirat
1. اِعْمَلْ لِدُ نْيَكَ كَاءَنَّكَ تَعِيْسُ
اَبَدًا وَعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَاءَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا ( رواه البيهقى )
Artinya : “Bekerjalah untuk duniamu
seakan akan kamu hidup selamanya, dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan akan
kamu mati esok pagi”.
Kandungan hadits
-
Hadits di
atas menerangkan bahwa dalam setiap pekerjaan
yang kita kerjakan haruslah disertai dengan semangat yang tinggi dan bersungguh
sungguh agar hasilnya memuaskan dan sesuai dengan keinginan kita. Sebagai
manusia tentunya kita mempunyai rasa untuk selalu mengumpulkan harta. Hadits di
ataspun menyuruh kita untuk selalu bekerja dan bekerja seakan akan kita akan
hidup untuk selama lamanya.
-
/Meskipun hadits di atas
berisi perintah untuk selalu bekerja, tetapi di dalam hadits tersebut juga di
imbangi dengan perintah untuk selalu beribadah kepada Allah dengan ikhlas dan
setulus hati seakan akan kita akan mati esok pagi.
Dengan demikian berarti hadits tersebut menyuruh kita untuk
bekerja di dunia yang tujuannya tidak lain dan tidak bukan agar kita bisa makan
dan memperoleh tenaga untuk beribadah kepada Allah.
2. لَيْسَ بِخَيْرِ كُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِاخِرَتِهِ
وَلاَ اخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتّى يُصِيْبُ مِنْهُمَاجَمِيْعًا
فَاِنَّ الدَّنْيَا بَلَاغٌ اِلَى اْلاخِرَةِ
وَلَاتَكُوْنُوْا كَلًّ عَلَى النَّاسِ ( رواه ابن عسا كرعن انس )
Artinya :
“Bukanlah orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang meninggalkan kepentingan dunia untuk kepentingan
akhirat, dan juga bukan orang yang meninggalkan
akhirat untuk kepentingak dunia. Maka yang terbaik dia antara kamu adalh orang yang mampu memadukan di antara
keduanya. Sesungguhnya kehidupan
dunia mengantarkan kamu kepada kehidupan akhirat dan janganlah kamu menjadi
beban orang lain.” (HR. Ibnu ‘Asakir dari Anas, dalam kitab tafsir
Al-Kasysyaf jilid 4 hal. 1670)
Kandungan Hadits
- Sebenarnya kehidupan dunia ini
merupakan sarana untuk mengantarkan kehidupan yang abadi, yakni akhirat.
Keduanya merupakan perkara yang sangat penting, maka kita harus mampu memadukan
antrara keduanya sehingga akan di dapat kebahagiaan dunia sekaligus akhirat.
- Agar urusan dunia dan akhirat menjadi
padu, maka perlu adanya suatu keseimbangan. Kita tidak boleh terlalu
menggutamakan urusan dunia dan meringankan urusan akhirat, atau sebaliknya.
Cara yang paling benar adalah sesuai tuntunan islam, yaitu memperhatikan
keseimbangan keduanya.
- Kesuksesan dunia dapat menjadi jembatan
yang menuju kepada keberhasilan mencapai kebahagiaan sejati di akhirat. Maka
kehidupan dunia yang dianugerahkan oleh Allahini harus dimanfaatkan sebaik
mungkin agar tercapai sukses dunia dan bahagia akhirat.
- Sebagai manusia yang beriman kita di
tuntut untuk tidak lemah sehingga membebani orang lain. Dunia terbentang luas,
kesempatan di buka selebar lebarnya oleh Allah swt. Wajib bagi seorang mukmin
mengupayakan hidup yang layak sesuai dengan kemampuan masing masing sehingga
menjadi kuat dan tidak menjadi beban orang lain.
3. اَلْمُؤْ مِنُ اْلقَوِيُّ
خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلَى اللهِ مِنَ اْلمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ
اِحْرِصْ عَلَى مَايَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِا للهِ
وَلَاتَعْجِرْ (
رواه عن ابى هريرة )
Artinya : “Mukmin yang kuat lebih baik
dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, sedangkan pada masing
masing ada kebaikannya. Bersmangatlah kamu untuk mencapai suatu yang bermanfaat
bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menjadi beban
orang lain. (HR. Muslim dari Abu Hurairah No. 4816)
Kandungan Hadits
-
Hal yang
paling penting yang ada dalam hadits diatas adalah perintah untuk menjadi
seorang mukmin yang kuat. Maksudnya kuat disini adalah :
-
Kuat iman,
artinya seorang muslim dituntut memiliki keteguhan iman sehingga tidak mudah
terpengaruh oleh kepercayaan lain.
-
Kuat fisik,
artinya seorang muslim dituntut menjaga kondisi fisik, sehingga dapat
melaksanakan ibadah dengan baik.
-
Kuat ilmu,
artinya seorang muslim dituntut memiliki kemampuan ilmu yang memadai atau
pandai agar tidak ddirendahkan oleh orang lain dalam berjuang di jalan Allah.
-
Kuat
ekonomi, artinya seorang muslim dituntut memiliki kekuatan eknomi, sehingga
keperluan hidup di dunia dapat dicapai untuk kepentingan akhirat.
-
Kuat
semangat, artinya seorang muslim dituntut memiliki semangat hidup yang kuat
sehingga dapat memberi banyak manfaat bagi diri dan orang lain.
-
Kita di perintah untuk
selalu bersemangat dalam melakukan sesuatu yangt bermanfaat, namun juga harus tetap
di iringi dengan memohon pertolongan Allah agar dipermudah jalannya.
4. لَاءَنْ يَاءْخُذَ اَحَدُ كُمْ
اَحْبَلاً فَيَأْ خُذَحُزْمَةً مِنْ حَطَبٍ فَيَبِيْعَ فَيَكُفَّ اللهُ بِهِ وَجْهَهُ
خَيْرٌ مِنْ اَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ اُعْطِيَ اَمْ مُنِعَ ( رواه البخارى عن الزبير بن العوام )
Artinya : “Sungguh, jika salah seorang
diantara kamu membawa seutas tali untuk mencari seikat kayu bakar, lalu kayu
itu dijual sehingga Allah mencukupkan kebutuhan hidupnya dengan hasil
jualannya. Itu lebih baik daripada meminta minta kepada orang lain, baik diberi
maupun ditolak (tidak diberi). (HR. Al-Bukhori dari Zubir bin Awwam No. 2200)
Kandungan Hadits
Hadits diatas menunjukkan bahwa kita
sebagai umat manusia haruslah tetap mengetahui bagaimana cara mencari rizki
dengan baik dan benar. Yaitu dengan cara :
-
Kita harus
selalu bekeja keras untuk mencari rizki yang ditebarkan Allah di langit dan di
bumi, yang hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.
-
Kita harus
slalu optimis untuk bekerja apapun yang penting halal, meskipun orang lain
menganggap remeh pekerjaan kita.
-
Kita harus
selalu menjauhi sifat suka mengharapkan pemberian orang lainatau suka meminta
minta belas kasihan orang lain, sementara kita belum melakukan pekerjaan yang
mulia.
-
Kita harus
selalu menghindarkan diri dari sifat menggantungkan diri kepada orang lain,
sehingga menjadi beban orang lain.
Menurut
pandangan Allah dan Rosul-Nya, sifat meminta minta belas kasihan kepada orang
lain merupakan sifat yang tercela dan hina. Agama islam merupakan agama yang
mendorong pemeluknya agar menjadi umat yang kuat secara ekonomi untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Hadits di atas juga menerangkan bahwa orang yang
mencari kayu bakar di hutan kemudian dibwa pulang untuk dijual itu lebih baik
daripada orang yang meminta minta belas kasihan orang lain.
Keterkaitan Kandungan Hadits
Orang yang cenderung mementingkan
kehidupan dunia saja sangat tidak dibenarkan oleh agama islam, sebaliknya jika
kita hanya mementingkan kehidupan akhirat saja juga kurang pas. Artinya dalam
hidup harus ada keseimbangan antara dunia dan akhirat, dengan prinsip bahwa
kehidupan di dunia hanya untuk mencari bekal untuk menuju kepada kebahagiaan
kehidupan akhirat. Dalam kehidupan sehari hari kita ditekankan untuk menjadi
mukmin yang kuat. Tanpa adanya kekuatan dan semangat dalam hidup ini maka kita
akan menjadi manusia yang terbelenggu akan sifat ketergantungan kepada yang
lain. Islam juga menganjurkan untuk selalu bekerja keras untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari hari. Jangan sampai kita bermalas malasan kerja, hanya
mengandalkan belas kasihan dari orang lain karena meminta minta termasuk
perbuatan yang tercela.